Wednesday, August 31, 2011

Short Story: Robbing is my life

Hai, namaku Zee, biasa dipanggil Syn oleh orang-orang, aku seorang mahasiswa di sebuah universitas terkenal di kotaku, ya, bisa dibilang aku seorang yang tampan itu menurut pandangan cewek yang pernah bertemu dengan diriku. Ya, tidak ada yang banyak tahu tentang diriku, Cuma aku dan Tuhan yang tau.

Di daerahku, ada seorang pencuri tampan yang terkenal suka mencuri barang-barang paling berharga di dunia yang sering ditaruh di museum ato milik seorang bangsawan. Pencuri itu seorang pria bertopeng yang berpakaian serba putih dan biasanya setiap melakukan kegiatannya selalu dimuka umum, dan gayanya yang cool adalah yang membuat para wanita kagum padanya. Tapi mereka tidak tau, siapa yang ada dibalik topeng itu. Ya, itulah aku, Zee alias Syn “Sang Pencuri Bertopeng”. Keren kan gelarku? Orang-orang yang pernah melihatku yang menyebut namaku seperti itu. Aku kerja tidak menggunakan waktu, entah siang ato malem, yang pastinya, dimana ada kesempatan, saat itulah aku beraksi. Aku juga pandai menyamar, maka dari itu, polisi tidak pernah mampu untuk menangkapku. Dan yang paling penting, aku seorang hacker yang mampu memecahkan kode biner ato apa yang berhubungan dengan teknologi. Ya, itu sedikit bio tentang diriku.

Ya, pada suatu hari ada seorang pengusaha yang menantangku, dia memang pengusaha kaya yang terkenal, tapi salah dia menantang diriku untuk mencuri sebuah cincin bertahtakan berlian besar yang disimpan di rumahnya. Dia menyimpan cincin itu di ruang utama rumahnya yang dilindungi oleh kaca anti peluru, kode sidik jari dan password serta pengamanan anti senjata. Semua orang diijinkan untuk melihat benda tersebut karena pemiliknya percaya diri tak akan ada yang mampu mengambil benda tersebut.

Ya, aku mulai tertarik dengan tantangannya itu, esoknya aku mulai beraksi. Aku menyamar sebagai salah satu anak buahnya, pada saat itu sang pengusaha sedang berjabat tangan dengan anak buahnya karena ia telah berhasil untuk menantang Syn “Sang Pencuri bertopeng”. Di dalam hatiku aku hanya bisa tertawa betapa bodohnya orang itu. Tanpa iya menyadari, dia menyalami diriku yang notabene aku itu Syn, dan saat itulah, aku mengkopi sidik jari pengusaha itu, jadi langkah awal berhasil. Next step, aku hanya perlu tau siapa dia dan apa kebiasaannya, karena, biasanya seorang menggunakan password pasti menggunakan apa yang ada di dalam dirinya dan sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan aku telah berhasil mendapatkan passwordnya. Langkah kedua berhasil.

Keesokan harinya, dengan sombongnya dia mengundang anak-anak sma di yayasannya untuk melihat benda terkenal miliknya itu, dan iya menjelaskan sistim apa yang digunakan untuk melindungi cincin yang tak ternilai harganya itu. Dia membukanya dan memperlihatkan benda itu dimuka umum. Disana aku menyamar sebagai salah satu siswa tersebut dan dengan tenang aku memperhatikan cara-cara untuk membuka pengamananya itu, kalo aku salah langkah, bisa-bisa aku celaka. Oke, dapat. Tapi, hal yang tidak aku sangka terjadi, rumah itu dikepung oleh para para perampok bersenjata yang juga menginginkan cincin tersebut selain aku. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu panic dan pengusaha beserta keluarganya disandera oleh para perampok bersenjata itu. Aku tidak menyangka, pengusaha itu punya seorang anak perempuan cantik yang tampaknya aku telah mengenalnya, dan dia juga mengenal diriku, ya, dia juga seorang mahasiswi yang juga kuliah di universitas bersama dengan diriku. Aku pernah bertatap muka dengannya dan tersenyum di depannya, dan dia menanggapinya biasa, sungguh hal yang aneh menurutku, karena setiap aku senyum di hadapan wanita lain, pasti mereka langsung terpesona dan salah tingkah serta biasanya mereka menambahkan embel-embel “tampan”. Dan sebenarnya juga aku menaruh perasaan dengan wanita itu.

Dengan tenang aku berusaha untuk mengendalikan kondisi dan memperhatikan perampok itu kemana mereka membawa pengusaha berserta keluarganya tersebut, dan ternyata mereka dibawa ke atap rumah. Aku mengikuti mereka dengan mengendap-endap, dan mereka tidak menyadari keberadaanku. Diatap mereka melakukan percakapan yang tidak aku ketahui apa yang dibicarakannya, dan nampaknya ada masalah, anak pengusaha itu ditodong ke pinggiran rumah yang notabene seperti gedung itu dari atas tampak ketinggian sekitar 50 meter. Lalu salah satu perampok itu mendorong perempuan itu hingga terjatuh, dan saat itulah aku membuka penyamaranku menjadi Syn sang pencuri bertopeng dan aku bergegas untuk menyelamatkannya. Sambil berterbangan di udara aku berusaha untuk menangkap wanita itu, dan akhirnya aku mendapatkannya. Lalu aku berusaha untuk mecari tempat mendarat yang aman untuk meletakkan wanita itu yang sedang pingsan. Tapi diatas, perampok itu justru menembakku dan mengenai salah satu lenganku. Tanganku sudah mulai tidak kuat untuk memegangi wanita itu, dan nampaknya wanita itu sudah mulai sadar dan mulai memelukku di ketinggian. Dan akhirnya aku mendarat dengan aman dari wilayah pandangan perampok itu.

Saat itu, anak pengusaha itu melihatku penuh dengan darah di tangannya, dan ia langsung merobek sebagian lengan bajunya, lalu diikatnya ke tanganku yang terluka sambil tersenyum menatapku. Dia juga mengucapkan terima kasih karena telah menolong dia walaupun dia sebenarnya tidak mengenal diriku sebagai Syn. Tapi katanya entah kenapa ia juga pernah bertemu dengan diriku sebelumnya. Dan dia memohon untuk menolong orang tuanya yang disandera. Dengan sigap aku langsung pergi ke atas untuk melumpuhkan perampok tersebut, dan akhirnya perampok tersebut menyerah. Dan sebenarnya aku ingin mengambil perhiasan itu, tapi nampaknya aku juga sedang tersudut. Di bawah sudah ada polisi yang mengepung rumah tersebut. Ya, akhirnya, aku mundur dan aku mengaku untuk hari ini aku mengaku kalah. Dan pengusaha itu mulai lengah, aku berpura-pura menjatuhkan cincin tersebut dari tangannya, aku meminta maaf dan akhirnya aku menukarnya secara cepat dengan cincin imitasi yang telah aku bawa sebelumnya. Ya, itu nampaknya kemenangan bagiku, tidak jadi kalah, dan aku juga tidak lupa berpamitan dengan pengusaha itu dengan sopan sebagai pencuri professional dan aku langsung terbang pergi ke tempatku.

Dua hari kemudian aku balik ke universitasku untuk kuliah dengan tangan diperban akibat peristiwa saat itu. Saat mata kuliah berakhir, aku kebetulan bertemu lagi dengan anak pengusaha itu, dan dia juga melihatku, dia kaget, kenapa aku menggunakan perban ditangan yang sama dengan Syn saat dia tertembak. Lalu aku mulai membuka jati diriku kepadanya bahwa aku itu Syn “Sang Pencuri Bertopeng”. Seketika dia shock tidak percaya bahwa yang menolongnya itu temannya. Dan seketika juga ia langsung memeluk aku dan berkata “aku kagum dengan aksimu waktu itu, terima kasih ya.” Sambil tersenyum dan mulutnya berusaha untuk meraih mulutku, dan akhirnya perbincangan itu diakhiri oleh sebuah ciuman terindah bagi Zee. Dan akhirnya mereka berdua resmi berpacaran dan perempuan itu selalu membantu Syn saat beraksi. Bukan hanya mencuri barang-barang berharga, aku juga mampu mencuri perhatian wanita disekitarku.

0 comments:

Post a Comment